Semua berawal dari tontonan Moto GP di layar TV, aroma kopi hitam yang diseduh bapak, dan sorak-sorai kecil tiap pembalap idola kami menyalip di tikungan tajam. MotoGP bukan cuma tontonan, tapi jadi semacam ritual keluarga—terutama antara aku dan bapak. Dari dulu kami selalu antusias nonton bareng, terutama di masa kejayaan para legenda seperti Valentino Rossi, Dani Pedrosa, Casey Stoner, hingga si jago tikungan tajam, Marc Márquez. Rasanya tiap balapan jadi cerita sendiri yang tak pernah membosankan.
Nah, dari kecintaan itulah, suatu hari muncul ide iseng tapi ternyata cukup keren: bikin asbak bertema MotoGP! Saya tidak meroko hanya bapak yang saat ini masih meroko, suatu hari kami pengen punya benda yang menggambarkan kecintaan kami terhadap balapan ini. Dan bukannya beli, kami malah sepakat buat bikin sendiri—biar lebih personal dan tentunya punya cerita.
Dari Tanah Liat ke Gypsum
Prosesnya lumayan seru. Pertama-tama, kami mulai bikin modelnya dari tanah liat karena kebetulan di desa kami dekat sentra pembuatan genteng. Kami mudah menemukan tanah liat yang dalam hal ini adalah bahan baku untuk membuat genteng. Kami mulai dari bentuk dasar ,setelah bentuk dasar jadi, kami mulai bikin cetakan dari tanah liat itu, lalu menuangkan gypsum sebagai bahan utamanya. Gypsum ini dipilih karena mudah dibentuk, cepat kering, dan hasil akhirnya bisa kami cat sesuka hati.
Setelah mengering, bagian paling serunya adalah mengecat dan ngasih detail. Di sinilah sentuhan MotoGP-nya makin hidup. Walau hasilnya nggak selalu sempurna, tapi justru di situlah letak seninya.
Lebih dari Sekadar Asbak
Bagi kami, asbak ini bukan cuma benda fungsional. Ia jadi simbol kenangan, representasi hobi, dan bentuk kecil dari kreativitas. Kadang kami kasih ke teman, kadang dijadikan pajangan di ruang tamu, dan sempat juga kami jual sebagian. Tapi setiap kali melihatnya, rasanya seperti kembali duduk di ruang tengah, nonton balapan bareng bapak, sambil menebak siapa yang bakal menang di lap terakhir.
MotoGP mungkin hanyalah olahraga balap motor bagi sebagian orang. Tapi bagi kami, itu adalah sumber inspirasi yang akhirnya melahirkan karya sederhana tapi penuh makna: asbak MotoGP buatan tangan sendiri.